S K C L (sebuah kisah cinta lagi yang mudah-mudahan bisa bikin nangis)

By Agung Ash Shiddiqi

Kenapa judulnya begini yah? Bener emang. Ini adalah sebuah kisah cinta yang menurut gue sedih berdasarkan kisah cinta yang sering kita denger. Pasaran deh gampangnya. Tapi mudah-mudahan bisa membuat anda sedih. Sebab kalau terhibur, berarti anda salah menempatkan perasaan anda. Pastinya ini sedih banget. Siapin aja tisu ama pisang goreng. Cekidot!!

Satu lagi!!! Ini hanya karangan belaka, nggak mungkin nyata.


Emang sih cinta itu bikin ribet. Seperti kata saya yang sebelumnya, kadang cinta itu nongolnya tiba-tiba. Bisa pas kita lagi jomblo, bisa juga pas kita sudah berpunya, bisa juga pas kita lagi sedih ataupun senang, bisa juga pas kita lagi nonton barbie. Nggak tentu deh waktunya. Kadang pula awalnya nggak ada apa-apa, tapi suatu saat langsung timbul deh yang kata-kata orang bijak bibit cinta (syooh).

Awalnya sih bermula saat gue SD dulu. Pandangan pertamanya pas kelas lima SD dulu. Namanya juga anak-anak, nggak ngerti apa yang namanya cinta (syooh). Setiap kali melihat dia, pasti gue senyum-senyum terus. Nggak tahu deh kenapa? Kalau ditanya alasannya, pasti bingung deh mau dijawab gimana. Mungkin itu yang namanya salah satu keajaiban cinta (ajegile). Tapi yang namanya anak-anak, yang ada hanya rasa suka dan nggak ngerti apa artinya memiliki. Maklum waktu itu masih jamannya malu-malu. Cowok-cewek deketan aja sudah dibilang pacaran. Malu banget. Selain hanya ada rasa suka, ada juga perasaan yang sangat berbahaya dan selalu ingin oleh anak kecil. Yaitu perhatian.

Waktu itu, banyak banget hal-hal yang gue lakukan demi mendapatkan perhatian dia. Mulai dari nyolek-nyolek dia, gangguin dia pas lagi belajar, sampai ngangkatin roknya dia (don’t try it at home!!). Kan masih SD, jadi nggak masuk dalam perkara pidana perbuatan asusila. Kalau ingat-ingat masa itu jadi pengen balik SD lagi. Tapi tetep aja si dia kekeuh, nggak mempan. Setiap gue melihat dia, eh mukanya dicampakkan ke termos es. Bene-bener dicuekin deh pokoknya.

Pernah dulu pas gue sudah kehabisan akal mau gimana lagi menarik perhatiannya dia. Dicolek nggak mempan, dicontekin pas ujian nggak mempan. Sudah kehabisan akal deh pokonya. Tiba-tiba, tanpa dinaya dan tanpa diduga, teman sebangku gue malah curhat ke gue. Katanya “eh, si dia manis ya”. Hohoho. Dengan mulut ember langsung gue umumin dikelas pakai mikrofon “temen gue suka sama dia”. HAAAAAAHHH??!! mereka berdua sama-sama bilang “haahh” kaya barbie ketemu shreek. Ekspresinya shreek mirip temen gue itu, tapi ekspresinya dia kaya barbie. Anggung banget. Dan langsung disambut sama gemuruh ciaa ciee ciaa ciee sama teman-teman. Nah kali itu, gue untuk pertama kalinya melihat wajahnya memerah. Dengan cepat dia teriak “enggak kok, bo’ong kok”. Tapi, karena Indonesia negara demokrasi, suara mayoritaslah yang menang. Kali itu gue merasa menang. Rasanya gue sudah mendapatkan perhatiannya yang sesungguhnya. Tapi sejak saat itu, semua berubah bak sinetron cinta fitri yang nggak ada habisnya dan penuh intrik.

Sejak saat itu, gue mulai jarang ketemu dia. Seingat gue, waktu itu dia cuma masuk sekali selama seminggu itu. Dan itupun hanya buat mengatakan kata perpisahan di depan kelas. Gue shock. Sepulang sekolah, buru-buru gue kerumahnya terus minta maaf atas kejadian kemaren. Dia senyum sambil bilang nggak apa-apa kok. Yah, namanya juga anak SD, nggak ngerti bangaimana perasaan orang yang sebenarnya. Yang gue ingat terakhir kali sebelum perpisahan hanya senyuman manis yang dilontarkannya. Hanya itu.

Gue nggak ngelihat dia lagi sejak saat itu. Dia pindah, gue juga pindah. Tapi pindahnya pas tamat SD, itupun cuman ke kota sebelah. Beda sama dia, dia pindah ke pulau lain. Yah, begitulah hidup gue. Kadang diatas, kadang juga diatas. Tapi saat itu gue mulai merasakan bawah.

Bertahun-tahun berlalu (syooh). Pas lagi liburan naik kelas dua SMA. Dengan inisiatif sendiri dan ijin orangtua, gue sempatkan liburan di kampung halaman gue. Dimana lagi kalau bukan di kampung dimana cerita ini dimulai. Awalnya sih girang banget bisa ketemu sama teman-teman lama. Cerita ina inu. Curhat ati itu. Jalan-jalan kesana-kemari. Mirip deh kaya setrikaan. Sampai suatu hari gue melihat bidadari (azee) lagi nyangkut di pohon (lho?!). Tak ayal lagi gue langsung terpesona. Cara dia lagi bertengger di pohon, cara dia memandang, cara dia lompat dari pohon. Anggun banget. Lama gue memandangnya sampai akhirnya suara adzan maghrib menyadarkan gue (ajegile). Malamnya gue nggak bisa tidur selalu terus membayangkan wajahnya. Dan anehnya gue nggak ingat gimana wajahnya. Padahal sudah memandangnya lama banget. Mungkin ini satu lagi keajaiban cinta. Syooh.

Besoknya, pas hari minggu. Para pemuda-pemudi, karyawan dan karyawati desa ini dan sekitarnya punya satu kebiasaan yang bisa mempererat tali silaturahmi. Kebiasaan ini tidak lain dan tidak bukan adalah, marathon atau bahasa gaulnya jogging (azee). Tanpa dinaya dan tanpa diduga, gue ketemu sama dia pas lagi joging. Ajegilebuayadarat!! Buru-buru gue ambil kaca, make up sebentar. Mana pagi ini belum gosok gigi lagi. Malu banget ketemu dia. Akhirnya gue mutusin buat jogingnya sambil nunduk saja. Sambilan lihat-lihat siapa tahu ada duit lima ratus jatuh.

Namun Tuhan berkehendak lain. Gue malah jadi lebih fokus mencari uang gopekan. Dan meninggalkan yang wajib, yaitu memperhatikan langkah gue. Tanpa sengaja, gue nabrak seseorang. Setelah dilihat ternyata yang gue tabrak adalah dia!. Ooh, terimakasih Tuhan atas cobaan yang engkau berikan kepada hambamu yang imut ini. Ribuan kata maaf langsung terucap dari mulut gue. Dalam hati gue panik, apa ada kulitnya tergores karena gue tabrak? Apa sayapnya patah? Masih bisa dilem nggak? Maunya sih gue terjun dari tower saking malunya.

Dia cuma melihat gue bengong. Aduh ampun. Wajah bengongnya aja bisa bikin gue meleleh. Tanpa menunggu jawaban maaf dari dia, gue langsung cabut undur diri. Menjauh dari dia. Dari jauh gue masih melihat wajah kagetnya. gue mutusin buat balik gabung sama teman-teman gue. Dan alangkah terkejutnya gue pas gue ceritakan kejadian barusan. Ternyata cewek yang gue tabrak adalah “dia”, cewek yang pas SD dulu sering gue jahilin. Yang wajahnya selalu kelihatan pasrah pas gue jahilin. Terimakasih Tuhan, telah menurunkan bidadari yang saya takutkan. Namun yang namanya cinta at the first sight telah membuat gue mengambil keputusan yang sangat menyakitkan.

Setelah shalat istikharah semalam. Akhirnya gue memutuskan untuk minta maaf sama dia. gue minta nomor hapenya sama kakaknya. Kebetulan gue nggak sengaja ketemu sama kakaknya dan langsung disambut kata ciaa ciee ciaa ciee dari kakaknya. Lebay banget deh nih cewek. Malamnya langsung masuk ke acara inti. Tanpa perkenalan lebih dulu, gue langsung minta maaf sama dia. Dibalas sama dia “siapa ya? Minta maaf apa?”. Ragu-ragu gue sebutin nama gue. Dia cuman balas “oh, ga pa2 kok kjdian kmrn”. Huaaaa!! Rasa lega langsung timbul kaya habis wasting time di toilet. Dan pada akhirnya sampai malam-malam berikutnya, ponsel gue penuh sama smsnya dia.

Nah, disinilah antiklimaksnya. Suatu malam, cuaca mendung kayaknya mau hujan. Gue nggak sengaja mengungkit kisah masa lalu kami. Yang mana lagi kalau bukan tentang gue teriak di kelas kalau dia pacaran sama temen gue itu. Awalnya sih pengen minta maaf soal itu. Tapi, tiba-tiba dia marah. Astaga!! Petir menyambar dimana-mana (lebay). Belum lagi masuk ke topik utama, perasaannya sudah langsung berubah. Gue buru-buru minta maaf sambil sujud-sujud di kasur. Maunya gue banting hape gue gara-gara sudah menyinggung perasaan dia. Setelah berkutat sama puluhan kata maaf dari gue. Entah karena bosan sama kata minta maaf gue atau emang kasihan sama gue, akhirnya dia maafin gue. Langsung sujud syukur gue nya. Awalnya sih lega, namun perasaan gue berkata lain. Malam itu pending dulu smsannya.

Sejak malam itu, gue mulai sedikit speechless sama dia. suatu hari kami ketemu secara nggak sengaja. Gue nunduk malu, tapi dia tetap saja staycool. Dia nggak kegeeran kaya cewek-cewek biasanya. Tetep aja staycool. Entah staycool atau urat perasaannya yang emang udah kendor. Tetep aja kekeuh. Tapi staycool dalam artian ini, dia berubah dingin sama gue, tingkahnya yang blak-blakan nggak ada malu sama gue, sekarang berubah total, bahkan smspun sangat menjengkelkan. Contohnya gue nanyain “apa kabar? Lagi apa? Dimana tkp? Udah shalat? Blablabla”. Eh dia jawabnya begini “baik, nggak ada, dirumah”. Beeh, nusuk mah boi, dalem kek sumur. Dan parahnya smsnya selalu aja pending, balesnya palingan sejam kemudian. Dan yang parahnya lagi nggak pernah pake emotion. Beeh.

Karena sudah nggak tahan, gue langsung lari ke toilet (lho!!). besoknya gue datangin rumahnya, jadi bisa nanyain dengan mudah dan mudah-mudahan nggak ada miss intorduction (halah) atau bahasa gampangnya kesalahan komunikasi. Tapi pas banget di depan pagar rumahnya, gue melihat dia lagi duduk-duduk di teras sama..... temen sebangku gue pas lagi SD dulu. Rangkul-rangkulan lagi. Foto-foto lagi tuh pake hape. Gayanya mah boi, pake dua jari kaya abang-abang bikin foto facebook. Tubuh gue lemas banget rasanya. Oh Tuhan! Mungkin ini mengapa engkau pertemukan kembali kami berdua. Hati gue panas, tapi gue segera menjauh, dalam hati gue yang paling dalam, gue nggak berhak menghancurkan hubungan dia. Akhirnya gue mutusin buat pulang aja. Pas gue balik badan, rupanya ada kakaknya di belakang gue, kayanya dia udah memperhatikan gue dari tadi. Pura-pura bego, gue pulang tanpa pamit. Sudah cukup penderitaan hari ini.

Malamnya gue stress berat. Dalam hati gue pengen banget dia menyadari kehadiran gue tadi pagi dan langsung menjelaskan kalau kejadian tadi hanya acting aja, meniru adegannya cinta cenat cenut gitu. Tapi, smsnya nggak datang-datang juga. Tiba-tiba dari luar ada yang ngetuk pintu, rupanya yang datang kakaknya dia. Sambil senyum-senyum manis ala cheef farah quin, gue persilahkan dia duduk diteras menunggu gue ke dapur nyiapin teh sama kue. Setelah amunisi siap, si kakak mulai cerita ke gue. Mulai dari dia lihat gue ngintip di pagar sambil mewek-mewek, sampai kebagian yang paling detail. Kata kakaknya “dia sejak SD sudah suka sama kamu”. Ooh!! Gue terhenyak. “tapi dia akhirnya berpaling ke temenmu gara-gara katanya kamu nggak suka sama dia”. ooh!! Lagi-lagi gue terhenyak. Panjang lebar banget tuh kakak ceritanya. Detail banget. Sampe katanya dia pernah ngigau manggil-manggil nama gue. Kaya gue mau mati aja. Gue bener-bener nggak percaya sama cerita kakaknya. Tapi gaya kakaknya meyakinkan banget kaya kick andy.

Akhirnya gue percaya. Dalam hati mah seneng banget. Tapi disisi lain, gue menyesal banget. Kenapa bibit cinta itu nggak datangnya lebih awal. Dan kenapa harus datang pas gue sudah SMA kaya gini. Dan kenapa pula datangnya pas dia sudah berpunya. Dan kenapa pula penyesalan harus belakangan. Skenario Tuhan benar-benar agung. Dalam hati gue menyesal sudah menjodohkan dia sama temen gue. Ibarat kata orang-orang dulu “perkataan adalah doa”. Sejak itu, gue langsung buru-buru balik ke kota gue. Dan mencoba melupakan dia. Dalam perjalanan gue mencoba mengingat-ingat apapun tentang dia. Bayangan tentangnya masa lalu kembali dengang mudahnya kepikiran gue. Disitu gue menyadari satu hal yang sangat penting dan menjadi titik terang kejadian ini. Pas hari terakhir gue ketemu dia waktu SD dulu, dia melontarkan senyum manis ke gue. Setelah gue ingat-ingat dengan baik. Ternyata itu bukanlah senyum manis, melainkan itu adalah senyum paling menyedihkan yang pernah gue lihat. Senyum yang sepi dan penuh kesedihan. Lagi-lagi gue terhenyak.

Tapi sekarang, setelah melihat senyumnya yang sekarang, bersama teman gue. Gue bisa merasakan adanya kebahagiaan dalam senyumnya yang sekarang. Tanpa sadar gue juga ikut senyum pas ngebayangin dia senyum sama temen gue. Rasanya nggak tega banget menghancurkan senyum yang bahagia itu. Liburan kali ini gue mendapat pelajaran yang sangat hebat. sebuah pelajaran yang akan bener-bener gue wariskan ke keturunan gue. Itupun kalau gue bisa punya. Karena sejak awal kisah cinta gue udah buruk. Gue jadi mikir-mikir lagi buat merasakan cinta. Tapi keberhasilan orang dalam bercinta adalah merasa bahagia apabila orang yang dicintainya ikut bahagia. Entah deh saya ngarang apa, tapi ini kisah yang menurut saya sendiri sedih.

End

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar